Jangan Pernah Mau Jadi Suami Takut Istri!!!


Susis alias Suami Takut Istri (STI). Entah berawal darimana, namun julukan ini bukan hal baru dalam masyarakat. Ketika sosok suami tampak kurang berperan dalam rumah tangganya, kenapa ini bisa terjadi dan bagaimana menyikapi kondisi seperti ini?

Sama halnya dengan istilah Banci, maka label “Suami takut istri” adalah salah satu label yang paling memukul ego kejantanan seorang pria yang telah berkeluarga. Sering kali dalam kehidupan pergaulan sehari-hari kita menemukan beberapa teman yang secara jelas atau hanya  isu bahwa mereka termasuk golongan “STI” alias Suami Takut Istri namun pernahkah kita mencoba melihat dari sisi lain? Serta alasan apa dibalik itu sehingga mereka dilabeli Suami Takut Istri? Dan pantaskah kita melabeli secara dini seseorang sebagai STI?
Intinya, ada banyak faktor yang menyebabkan suami takut istri, seperti, istri pemarah sehingga suami memilih untuk mengalah daripada ribut, istri pemegang sumber ekonomi, istri keturunan militer, dan sebagainya.

Berikut ini penjelasan tentang masalah suami takut istri, seperti dijelaskan Hira Yuki Molira, S.Psi, M.Psi dari Biro Psikologi Dwipayana Bandung.

Suami yang merasa tertekan alias takut pada istri sebaiknya mengevaluasi diri. Jika suami merasa rendah diri kerena karier istri yang melesat, tanyakan dalam diri “Apakah pantas seorang suami merasa dan bersikap rendah diri di depan istrinya karena istri lebih sukses darinya?” berpikirlah bahwa suami dan istri adalah rekan yang sederajat supaya bisa menghilangkan rasa tidak percaya diri. Kemudian, coba kamu bicarakan keadaan memalukan ini kepada istri. Pilih waktu yang paling tepat dan gunakan bahasa yang baik, saya saran ketika kalian sedang santai.

Tetapi istri juga harus waspada terhadap sikapnya apakah dia terlalu dominan dalam rumah tangga sehingga membuat suaminya tidak nyaman. Coba bayangkan bila ada diposisi suami, apakah sikap istri terlalu berlebihan atau tidak.
 
Pada zaman modern, perkawinan yang dibangun berdasarkan pada cinta dan prinsip demoktratis mengenai persamaan hak, menjadi gagasan kebanyakan orang dalam perkawinan. Tanggung jawab dapat dinegosiasikan, tujuan yang ingin dicapai , pasangan dapat menentukan sendiri jenis hubungan yang mereka inginkan, dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
 
Akibatnya, pembagian tugas rumah tangga menjadi sangat bervariasi, peran suami dan istri menjadi bermacam-macam, antara satu rumah tangga dan rumah tangga yang lain dapat memiliki nilai yang sangat berbeda. Ada rumah tangga yang menganut nilai-modern, ada rumah tangga yang masih menjalani nilai-nilai tradisional secara ketat, banyak yang mencoba menyelaraskan antara nilai tradisional dan modern, serta tidak sedikit yang menganut nilai-nilai modern sebagai aturan main dalam berumah tangga. Ini bisa menyebabkan menikatnya angka suami takut isti 
 
Kondisi suami takut istri yang tergambarkan melalui perilaku suami yang selalu menuruti semua keputusan maupun kemauan istri dengan alasan “aku tidak mau ribut dengan istriku”, “aku lebih baik mengalah daripada harus bertengkar” ataupun “aku takut istriku marah”, selalu mengalah ketika berselisih paham dan lainnya, dapat mengancam kehidupan atau keutuhan perkawinan. Atau, dapat saja tidak mengancam sama sekali, bergantung dari awal munculnya perilaku tersebut, serta dipengaruhi karakterisik kepribadian.
   
Sifat mengalah suami yang oleh orang lain bisa diterjemahkan “takut istri” padahal bisa saja merupakan sifat ingin selalu dipenuhi keinginannya, bentuk pemahaman suami terhadap sifat istrinya yang keras kepala, dan cerewet. Sesungguhnya, pola ini tidak akan jadi masalah yang berarti selama tidak melanggar prinsip perkawinan yang harmonis. Sebuah perkawinan yang di dalamnya melibatkan cinta, saling menghargai ,ada pengorbanan, timbal balik, dan penghormatan.